Saya ini sedang futur
Terbukti dengan ogah-ogahan
Saya datang ke pengajian tiap pekan
Terbukti dengan alasan-alasan klasik
Kuliah, lelah, sibuklah, inilah, itulah
Saya ini sedang kalah
Saya ini sedang futur
Lihat penampilan saya yang banyak berubah
Kaki tanpa kaus kaki
Sudah mulai tabaruj (berdandan)
Jilbab semakin naik
Saya ini sedang futur
Jarang baca buku tentang Islam dan Al-Quran
Lagi demen baca novel, komik dan majalah wanita
Saya ini sedang futur
Walau takut adzab
Tak pernah sekali terisak
Malah senang terbahak-bahak
Saya ini sedang futur
Malas berusaha, malas berdoa
Ingin pasrah tanpa usaha
Dan berharap bantuan manusia
Saya ini sedang futur
Lihat perut saya makin buncit
Karena junk food dan pangsit
Kalau infak sedikit sudah mulai pelit
Saya ini sedang futur
Sibuk ngurusin kuliah dan pekerjaan
Acuh berbuat untuk umat
Saya ini sedang futur
Senang disanjung
Dikritik murung
Saya ini sedang futur
Saya sukar bangun malam, tafakur
Lebih senang peluk guling dan mendengkur
Saya ini sedang futur
Malas bangun ngurus keluarga
Rajin menggunjing tetangga
Sedikit sekali muhasabah
Malah banyak menggibah
Ya memang saya sedang futur
Kenapa saya futur ????
Karena tidak ada seorang sahabatpun yang menegur dan menghibur
Kenapa batas-batas sudah mulai kendur???
Kenapa kepura-praan kebasa-basian semakin subur?
Kenapa diantara kita sudah mulai tidak jujur???
Kenapa diantara kita sudah mulai ngawur???
Kenapa ukhuwah diantara kita sudah mulai hancur???
Kenapa ada diantara kita ada yang tidur mendengkur dan kufur??
Kenapa diantara kita hanya pandai bertutu???
Ya Allah, pintaku……
Berikanku pelipur dan pengibur
Agar aku tidak semkin futur dan tersungkur.
Saudaraku……
Futur adalah suatu penyakit yang dapat menimpa seseorang (dalam bentuk perbuatan). Tingkatan palingrendah adalah berupa kemalasan, menunda-nunda atau memperlambat diri. Sedangkan puncak kefuturan adalah terhenti sama sekali setelah sebelumnya rajin dan terus bergerak.
Dengan apa hendak kita obati KEFUTURAN…??
Dengan I’tikad yang kuat, mengembalikan hati pada Sang penggenggam hati dan mengadzamkan niat untuk kembali pada jalan kebenaran dan tidak tidak kembali pada jalan kefuturan. Sabda Nabi SAW, “Setiap amal memiliki puncaknya dan setiap puncak pasti mengalami kefuturan. Barang siapa yang pada masa futurnya (kembali) pada sunnahku maka ia beruntung dan barang siapa yang pada masa futurnya (kembali) kepada selain itu, maka berarti ia telah celaka.” (H. R. Imam Ahmad)
Saudaraku,…….
Mari kita bangkit dari lembahkeFUTURan dengan memulai dari hati. Karena hati merupakan pusat dari segalanya, sebagaimana dalam hadist, “Apabila ia baik maka baiklah seluruh jasadnya, dan apabila ia rusak maka rusaklah seluruh jasadnya.” Kebeningan hati, ketulusan iman serta keikhlasan berdoa merupakan senjata ampuh ntuk mengikis future dan mengembalikannya kepada ghiroh dan hamasa beramal yang tinggi.
Tetaplah semangat saudaraku.
Syurga itu mahal…… ^_^
http://smpitru.blogspot.com/2009/11/nasihat-untuk-para-futurisme.html
Sabtu, 07 Mei 2011
AZHAB WANITA
Sayidina Ali ra menceritakan suatu ketika melihat Rasulullah menangis manakala ia datang bersama Fatimah. Lalu keduanya bertanya mengapa Rasul menangis. Beliau menjawab, “Pada malam aku di-isra’-kan, aku melihat perempuan-perempuan yang sedang disiksa dengan berbagai siksaan. Itulah sebabnya mengapa aku menangis. Karena, menyaksikan mereka yang sangat berat dan mengerikan siksanya.
Putri Rasulullah kemudian menanyakan apa yang dilihat ayahandanya. ”Aku lihat ada perempuan digantung rambutnya, otaknya mendidih. Aku lihat perempuan digantung lidahnya, tangannya diikat ke belakang dan timah cair dituangkan ke dalam tengkoraknya. Aku lihat perempuan tergantang kedua kakinya dengan terikat tangannya sampai ke ubun-ubunnya, diulurkan ular dan kalajengking.
Dan aku lihat perempuan yang memakan badannya sendiri, di bawahnya dinyalakan api neraka. Serta aku lihat perempuan yang bermuka hitam, memakan tali perutnya sendiri. Aku lihat perempuan yang telinganya pekek dan matanya buta, dimasukkan ke dalam peti yang dibuat dari api neraka, otaknya keluar dari lubang hidung, badannya berbau busuk karena penyakit sopak dan kusta.
Aku lihat perempuan yang badannya seperti himar, beribu-ribu kesengsaraan dihadapinya. Aku lihat perempuan yang rupanya seperti anjing, sedangkan api masuk melalui mulut dan keluar dari duburnya sementara malikat memukulnya dengan pentung dari api neraka,” kata Nabi.
Fatimah Az-Zahra kemudian menanyakan mengapa mereka disiksa seperti itu? *Rasulullah menjawab, “Wahai putriku, adapun mereka yang tergantung rambutnya hingga otaknya mendidih adalah wanita yang tidak menutup rambutnya sehingga terlihat oleh laki-laki yang bukan muhrimnya.
*Perempuan yang digantung susunya adalah istri yang ‘mengotori’ tempat tidurnya.
*Perempuan yang tergantung kedua kakinya ialah perempuan yang tidak taat kepada suaminya, ia keluar rumah tanpa izin suaminya, dan perempuan yang tidak mau mandi suci dari haid dan nifas.
*Perempuan yang memakan badannya sendiri ialah karena ia berhias untuk lelaki yang bukan muhrimnya dan suka mengumpat orang lain.
*Perempuan yang memotong badannya sendiri dengan gunting api neraka karena ia memperkenalkan dirinya kepada orang yang kepada orang lain bersolek dan berhias supaya kecantikannya dilihat laki-laki yang bukan muhrimnya.
*Perempuan yang diikat kedua kaki dan tangannya ke atas ubun-ubunnya diulurkan ular dan kalajengking padanya karena ia bisa shalat tapi tidak mengamalkannya dan tidak mau mandi junub.
*Perempuan yang kepalanya seperti babi dan badannya seperti himar ialah tukang umpat dan pendusta. Perempuan yang menyerupai anjing ialah perempuan yang suka memfitnah dan membenci suami.”
Mendengar itu, Sayidina Ali dan Fatimah Az-Zahra pun turut menangis. Dan inilah peringatan kepada kaum perempuan.
Putri Rasulullah kemudian menanyakan apa yang dilihat ayahandanya. ”Aku lihat ada perempuan digantung rambutnya, otaknya mendidih. Aku lihat perempuan digantung lidahnya, tangannya diikat ke belakang dan timah cair dituangkan ke dalam tengkoraknya. Aku lihat perempuan tergantang kedua kakinya dengan terikat tangannya sampai ke ubun-ubunnya, diulurkan ular dan kalajengking.
Dan aku lihat perempuan yang memakan badannya sendiri, di bawahnya dinyalakan api neraka. Serta aku lihat perempuan yang bermuka hitam, memakan tali perutnya sendiri. Aku lihat perempuan yang telinganya pekek dan matanya buta, dimasukkan ke dalam peti yang dibuat dari api neraka, otaknya keluar dari lubang hidung, badannya berbau busuk karena penyakit sopak dan kusta.
Aku lihat perempuan yang badannya seperti himar, beribu-ribu kesengsaraan dihadapinya. Aku lihat perempuan yang rupanya seperti anjing, sedangkan api masuk melalui mulut dan keluar dari duburnya sementara malikat memukulnya dengan pentung dari api neraka,” kata Nabi.
Fatimah Az-Zahra kemudian menanyakan mengapa mereka disiksa seperti itu? *Rasulullah menjawab, “Wahai putriku, adapun mereka yang tergantung rambutnya hingga otaknya mendidih adalah wanita yang tidak menutup rambutnya sehingga terlihat oleh laki-laki yang bukan muhrimnya.
*Perempuan yang digantung susunya adalah istri yang ‘mengotori’ tempat tidurnya.
*Perempuan yang tergantung kedua kakinya ialah perempuan yang tidak taat kepada suaminya, ia keluar rumah tanpa izin suaminya, dan perempuan yang tidak mau mandi suci dari haid dan nifas.
*Perempuan yang memakan badannya sendiri ialah karena ia berhias untuk lelaki yang bukan muhrimnya dan suka mengumpat orang lain.
*Perempuan yang memotong badannya sendiri dengan gunting api neraka karena ia memperkenalkan dirinya kepada orang yang kepada orang lain bersolek dan berhias supaya kecantikannya dilihat laki-laki yang bukan muhrimnya.
*Perempuan yang diikat kedua kaki dan tangannya ke atas ubun-ubunnya diulurkan ular dan kalajengking padanya karena ia bisa shalat tapi tidak mengamalkannya dan tidak mau mandi junub.
*Perempuan yang kepalanya seperti babi dan badannya seperti himar ialah tukang umpat dan pendusta. Perempuan yang menyerupai anjing ialah perempuan yang suka memfitnah dan membenci suami.”
Mendengar itu, Sayidina Ali dan Fatimah Az-Zahra pun turut menangis. Dan inilah peringatan kepada kaum perempuan.
MAKE UP MUSLIM
Hi… kaum Hawa anda ingin cantik? Lakukanlah bresep abadi kecantikan dunia dan akhirat
•Jadikanlah Gadhul Bashar ( menundukan pandang) sebagai hiasan kedua mata anda, niscaya semakin jernih dan bening
•Oleskan Lipstik kejujuran pada bibir anda pasti akan bertambah manis
•Gunakanlah pemerah pipimu dengan kosmetika yang terbuat dari rasa malu yang di jual di salon iman
•Pakailah sabun istighfar untuk menghilangkan bau badan dari semua dosa dan kesalahan yang sudah anda lakukan
•Rawatlah rambut anda denagn jilbab islam yang dapat menghilangkan ketombe dari pandangan laki-laki
•Hiasilah kedua telingamu dengan giwang kesopanan
•Hiasilah kedua tanganmu dengan gelang ketakwaan dan jari tanganmu dengan cincin persahabatan
•Sebaik-baik kalung yang anda pakai adalah kalung kesucian
•Jadikanlah Gadhul Bashar ( menundukan pandang) sebagai hiasan kedua mata anda, niscaya semakin jernih dan bening
•Oleskan Lipstik kejujuran pada bibir anda pasti akan bertambah manis
•Gunakanlah pemerah pipimu dengan kosmetika yang terbuat dari rasa malu yang di jual di salon iman
•Pakailah sabun istighfar untuk menghilangkan bau badan dari semua dosa dan kesalahan yang sudah anda lakukan
•Rawatlah rambut anda denagn jilbab islam yang dapat menghilangkan ketombe dari pandangan laki-laki
•Hiasilah kedua telingamu dengan giwang kesopanan
•Hiasilah kedua tanganmu dengan gelang ketakwaan dan jari tanganmu dengan cincin persahabatan
•Sebaik-baik kalung yang anda pakai adalah kalung kesucian
Berjilbab tidak ada hubungannya dengan akhlak (Untuk anda yang menolak jilbab)
Dalam pandangan masyarakat kita, bahwa wanita berjilbab, adalah wanita yang identik memiliki tatakrama baik, wanita yang santun, yang kalem, rajin shalat, rajin berderma, sering hadir majlis pengajian dan berbagai predikat keshalihahan lainnya.
Oke, boleh jadi sebagian besar wanita berkerudung seperti itu. Sebaliknya, muslimah yang tak berkerudung, meski akhlaknya baik, tentu saja dipandang tak sebaik muslimah berkerudung, hal yang lumrah dan spontanitas terlintas dalam benak.
Akibatnya, jika ada kebetulan wanita berjilbab melakukan sesuatu yang kontradiktif dengan jilbabnya itu, seketika penilaian masyarakat menjadi njomplang sangat negatif sekali. Dan tentu saja jilbabnya seketika menjadi objek atas tindakan yang tak sesuai dengan moral pemakai jilbab. “Jilbaban tapi kok gitu”.
Akhirnya, sebagian muslimah yang tidak berjilbab pun, memilih tetap bertahan pada pilihannya, dengan pikiran sangat sederhana sekali, daripada aku tidak bisa menjaga sikapku saat mengenakan jilbab, lebih baik aku tidak mengenakannya sekalian, biarlah aku menjilbabi hatiku terlebih dahulu. Ntar aja jilbaban kalau udah mau wafat.
Menjilbabi hati, kalimat yang mendadak populer setelah boomingnya film ayat-ayat cinta, kalimat yang bisa jadi sudah lama berdengung tetapi dipopulerkan oleh Rianti Cartwright, ini setahuku.
Sebenarnya, fenomena di atas (pengidentikan jilbab dengan keshalihahan) adalah kesalahan pemahaman umum (salah kaprah) dalam masyarakat kita soal hubungan jilbab dengan akhlak. Oke, memang wanita yang shalihah, yang menjalankan agamanya dengan baik, tentu saja mengaplikasikan segenap perintah agamanya terhadap dirinya semampu dia, salah satunya adalah berjilbab ini.
Tetapi aku berani mengatakan, bahwa sebenarnya tak ada hubungan sama sekali antara jilbab dan berakhlak baik. Lhoh kok bisa?
Berjilbab, adalah murni perintah agama yang berhubungan dengan pribadi muslimah itu. Yakni, jilbab adalah kewajiban baginya dengan tanpa melihat apakah moralnya baik ataupun buruk. Jadi selama dia muslimah, maka berjilbab adalah kewajiban.
Tentu saja, jika ada muslimah tak berjilbab, itu pilihan dia, tetapi tentu sebuah konsekwensi dan merupakan kebijakan, apabila seseorang tidak menjalankan perintah, maka resikonya adalah sanksi. Dan sanksi syariat tentu saja adalah dosa.
Memang, bermoral baik adalah tuntutan sosial, di samping tentu ajaran agama. Akan tetapi semua kewajiban dalam agama, sekaligus larangan-larangannya, adalah tidak berhubungan dengan akhlak itu. Salah satunya ya masalah jilbab ini.
So, okelah seorang muslimah bilang, cukup aku jilbabi hati. Tetapi dia tetap harus mengakui bahwa berjilbab adalah wajib baginya. Siap tidak siap, baik tidak baik, kewajiban muslimah adalah berjilbab (dalam konteks bahasa umum, menutup aurat)
Catatan ini tidak menyoroti dan tidak mengangkat soal pendapat lucu yang menyatakan bahwa jilbab itu tidak wajib sebab hanya budaya arab. Komentar pendek saja, orang yang bilang seperti ini, tidak memahami sejarah dan tidak memahami teks syariat itu dengan baik. Argumen bertele-telenya dengan berusaha melogikakan ayat melalui permainan nahwu, ushul fiqh, mantiq, hanya membuat bahan tertawaan saja.
Kan ada tuh profesor besar lulusan timur tengah yang juga berpendapat gitu sehingga anak perempuannya tidak berjilbab. Catat, agama ini tidak melihat sosok, tidak melihat label seseorang. Meski besarnya pangkat seseorang itu seperti apa, kalau salah dalam tata cara memandang, maka tetaplah salah.
Well, kembali pada bahasan awal berhubungan dengan jilbab dan moral, jadi kalau kita surfing di internet dan kebetulan melewati judul-judul aneh semacam “jilbab bugil”, “berjilbab tapi telanjang”, “Sex jilbab”, “skandal bokep gadis jilbab”, atau di keseharian kita menemukan cewek berjilbab tapi bergaulnya dengan lawan jenis sangat Laa Haula wa laa quwwata illa billah, ngakak-ngakak, meluk-meluk, jalan bergandengan, bergoncengan, maka jangan terlalu heran, dan cepat-cepat memvonis jilbaban kok rusak gitu.
Karena sekali lagi, moralitas tak ada hubungan dengan jilbab, meski tentu saja dituntut dari gadis berjilbab untuk bermoral sesuai dengan jilbabnya.
Jadi, kesimpulannya, jilbab adalah wajib dikenakan tiap muslimah yang telah memasuki usia baligh, tanpa melihat apakah moralnya baik atau jelek. Dan moral adalah sesuatu yang dituntut dalam kehidupan sosial.
Maka, itu yang harus diketahui setiap muslimah terlebih dahulu. Adapun setelahnya jika dia tidak mengenakan, maka tentu saja berkonsekwensi dosa dan ada keharusan dari yang lain mengingatkannya untuk mengenakan, kalaupun tidak mau, yang menasehati bebas tugas. Dan tentu saja sebaliknya, jika dia mengenakan, maka pahala akan terus mengalir padanya selama jilbab itu bertengger di kepalanya, sebagai bentuk balasan atas ketaatan menjalankan perintah.
Soal jilbabnya lebar, kecil, bajunya ketat, longgar, itu bab menyendiri lagi yang berhubungan dengan tingkat keimanan dan ketakwaan seseorang.
Tapi ingat, jangan punya pikiran “wah kalau gitu, aku urakan saja deh, kan dosaku pasti dikurangi pahala jilbab”, Kalau yang jenis seperti ini, sudah tahu begini, justru dosanya berlipat sebab menyalah gunakan syariat.
Akhir catatan, semoga kita selalu diberi taufiq untuk kebaikan, dan menjalankan kewajiban agama kita sebaik-baiknya. Amin…
Sumber:
Awy’ A. Qolawun
http://m.facebook.com/note.php?note_id=10150162222382630&refid=22&_rdr#10150165201862630
BERJILBAB, TIDAK ADA HUBUNGAN DENGAN AKHLAK
Oke, boleh jadi sebagian besar wanita berkerudung seperti itu. Sebaliknya, muslimah yang tak berkerudung, meski akhlaknya baik, tentu saja dipandang tak sebaik muslimah berkerudung, hal yang lumrah dan spontanitas terlintas dalam benak.
Akibatnya, jika ada kebetulan wanita berjilbab melakukan sesuatu yang kontradiktif dengan jilbabnya itu, seketika penilaian masyarakat menjadi njomplang sangat negatif sekali. Dan tentu saja jilbabnya seketika menjadi objek atas tindakan yang tak sesuai dengan moral pemakai jilbab. “Jilbaban tapi kok gitu”.
Akhirnya, sebagian muslimah yang tidak berjilbab pun, memilih tetap bertahan pada pilihannya, dengan pikiran sangat sederhana sekali, daripada aku tidak bisa menjaga sikapku saat mengenakan jilbab, lebih baik aku tidak mengenakannya sekalian, biarlah aku menjilbabi hatiku terlebih dahulu. Ntar aja jilbaban kalau udah mau wafat.
Menjilbabi hati, kalimat yang mendadak populer setelah boomingnya film ayat-ayat cinta, kalimat yang bisa jadi sudah lama berdengung tetapi dipopulerkan oleh Rianti Cartwright, ini setahuku.
Sebenarnya, fenomena di atas (pengidentikan jilbab dengan keshalihahan) adalah kesalahan pemahaman umum (salah kaprah) dalam masyarakat kita soal hubungan jilbab dengan akhlak. Oke, memang wanita yang shalihah, yang menjalankan agamanya dengan baik, tentu saja mengaplikasikan segenap perintah agamanya terhadap dirinya semampu dia, salah satunya adalah berjilbab ini.
Tetapi aku berani mengatakan, bahwa sebenarnya tak ada hubungan sama sekali antara jilbab dan berakhlak baik. Lhoh kok bisa?
Berjilbab, adalah murni perintah agama yang berhubungan dengan pribadi muslimah itu. Yakni, jilbab adalah kewajiban baginya dengan tanpa melihat apakah moralnya baik ataupun buruk. Jadi selama dia muslimah, maka berjilbab adalah kewajiban.
Tentu saja, jika ada muslimah tak berjilbab, itu pilihan dia, tetapi tentu sebuah konsekwensi dan merupakan kebijakan, apabila seseorang tidak menjalankan perintah, maka resikonya adalah sanksi. Dan sanksi syariat tentu saja adalah dosa.
Memang, bermoral baik adalah tuntutan sosial, di samping tentu ajaran agama. Akan tetapi semua kewajiban dalam agama, sekaligus larangan-larangannya, adalah tidak berhubungan dengan akhlak itu. Salah satunya ya masalah jilbab ini.
So, okelah seorang muslimah bilang, cukup aku jilbabi hati. Tetapi dia tetap harus mengakui bahwa berjilbab adalah wajib baginya. Siap tidak siap, baik tidak baik, kewajiban muslimah adalah berjilbab (dalam konteks bahasa umum, menutup aurat)
Catatan ini tidak menyoroti dan tidak mengangkat soal pendapat lucu yang menyatakan bahwa jilbab itu tidak wajib sebab hanya budaya arab. Komentar pendek saja, orang yang bilang seperti ini, tidak memahami sejarah dan tidak memahami teks syariat itu dengan baik. Argumen bertele-telenya dengan berusaha melogikakan ayat melalui permainan nahwu, ushul fiqh, mantiq, hanya membuat bahan tertawaan saja.
Kan ada tuh profesor besar lulusan timur tengah yang juga berpendapat gitu sehingga anak perempuannya tidak berjilbab. Catat, agama ini tidak melihat sosok, tidak melihat label seseorang. Meski besarnya pangkat seseorang itu seperti apa, kalau salah dalam tata cara memandang, maka tetaplah salah.
Well, kembali pada bahasan awal berhubungan dengan jilbab dan moral, jadi kalau kita surfing di internet dan kebetulan melewati judul-judul aneh semacam “jilbab bugil”, “berjilbab tapi telanjang”, “Sex jilbab”, “skandal bokep gadis jilbab”, atau di keseharian kita menemukan cewek berjilbab tapi bergaulnya dengan lawan jenis sangat Laa Haula wa laa quwwata illa billah, ngakak-ngakak, meluk-meluk, jalan bergandengan, bergoncengan, maka jangan terlalu heran, dan cepat-cepat memvonis jilbaban kok rusak gitu.
Karena sekali lagi, moralitas tak ada hubungan dengan jilbab, meski tentu saja dituntut dari gadis berjilbab untuk bermoral sesuai dengan jilbabnya.
Jadi, kesimpulannya, jilbab adalah wajib dikenakan tiap muslimah yang telah memasuki usia baligh, tanpa melihat apakah moralnya baik atau jelek. Dan moral adalah sesuatu yang dituntut dalam kehidupan sosial.
Maka, itu yang harus diketahui setiap muslimah terlebih dahulu. Adapun setelahnya jika dia tidak mengenakan, maka tentu saja berkonsekwensi dosa dan ada keharusan dari yang lain mengingatkannya untuk mengenakan, kalaupun tidak mau, yang menasehati bebas tugas. Dan tentu saja sebaliknya, jika dia mengenakan, maka pahala akan terus mengalir padanya selama jilbab itu bertengger di kepalanya, sebagai bentuk balasan atas ketaatan menjalankan perintah.
Soal jilbabnya lebar, kecil, bajunya ketat, longgar, itu bab menyendiri lagi yang berhubungan dengan tingkat keimanan dan ketakwaan seseorang.
Tapi ingat, jangan punya pikiran “wah kalau gitu, aku urakan saja deh, kan dosaku pasti dikurangi pahala jilbab”, Kalau yang jenis seperti ini, sudah tahu begini, justru dosanya berlipat sebab menyalah gunakan syariat.
Akhir catatan, semoga kita selalu diberi taufiq untuk kebaikan, dan menjalankan kewajiban agama kita sebaik-baiknya. Amin…
Sumber:
Awy’ A. Qolawun
http://m.facebook.com/note.php?note_id=10150162222382630&refid=22&_rdr#10150165201862630
BERJILBAB, TIDAK ADA HUBUNGAN DENGAN AKHLAK
Seorang MUSLIM yang BAIK tidak akan mengenal PUTUS ASA, karena ia yakin bahwasanya ALLAH tidak akan memberikan UJIAN diluar batas KEMAMPUAN hamba-Nya. Dan bukankah makin MANTAP KEIMANAN SESEORANG, MAKIN CAKEP PULA UJIAN YANG ALLAH BERIKAN PADA KITA? :)
Yang menandakan wanita tu sholehah atau tidak bukan karena Kerudung & Jilbabnya itu Tapi karena KETAATANNYA PADA PERINTAH-NYA.
Jadi tak perlukah memakai Kerudung & Jilbab? Kan yang penting Ketaatan. Tapi, bukankah MENUTUP AURAT itu salah satu PERINTAH-NYA & jika dilaksanakan, bukankah ia termasuk salah satu hamba yg berusaha taat pada perintah-Nya…?? Ayo belajar menjadi SOLEHA. Mulai dari MENUTUP AURAT ^^
Yang menandakan wanita tu sholehah atau tidak bukan karena Kerudung & Jilbabnya itu Tapi karena KETAATANNYA PADA PERINTAH-NYA.
Jadi tak perlukah memakai Kerudung & Jilbab? Kan yang penting Ketaatan. Tapi, bukankah MENUTUP AURAT itu salah satu PERINTAH-NYA & jika dilaksanakan, bukankah ia termasuk salah satu hamba yg berusaha taat pada perintah-Nya…?? Ayo belajar menjadi SOLEHA. Mulai dari MENUTUP AURAT ^^
WANITA
Kecantikkan paras rupamu kamu pertontonkan pada manusia…
Kamu bangga bila mereka memujimu, mereka kata kamu cantik
Sambil memuji matanya liar Menelanjang ke seluruh tubuhmu
Sambil memuji tiada apa lagi yg dpt kamu sembunyikan darinya
Mujur ada lagi sekelumit pakaian di tubuhmu.
Mungkin katamu tidak mengapa, yang penting kamu puas dengan pujian
Menjadikan hatimu bangga dengan keindahan.
Lantas banyak dari penutup tubuhmu kamu rela membukanya sedikit demi sedikit.
Tak apa sekejap saja nanti tutup kembali.
Kasihan
tubuhmu andai dia bisa bersuara..pasti dia akan menjerit meminta
dilaksanakan fitrahnya yang mau ditutup dengan sempurna.
Sempurna lyknya seorang muslimah yang Allah perintahkan.
Tapi belas kasihanmu pada tubuhmu smakin hilang.
Maka…
jangan heran jika diAkhirat dipadang Mahsyar nanti tubuhmu lantang
menghinakanmu tanpa belas kasih juga karena kamu pernah bertindak
kejam padanya didunia
Kamu bangga bila mereka memujimu, mereka kata kamu cantik
Sambil memuji matanya liar Menelanjang ke seluruh tubuhmu
Sambil memuji tiada apa lagi yg dpt kamu sembunyikan darinya
Mujur ada lagi sekelumit pakaian di tubuhmu.
Mungkin katamu tidak mengapa, yang penting kamu puas dengan pujian
Menjadikan hatimu bangga dengan keindahan.
Lantas banyak dari penutup tubuhmu kamu rela membukanya sedikit demi sedikit.
Tak apa sekejap saja nanti tutup kembali.
Kasihan
tubuhmu andai dia bisa bersuara..pasti dia akan menjerit meminta
dilaksanakan fitrahnya yang mau ditutup dengan sempurna.
Sempurna lyknya seorang muslimah yang Allah perintahkan.
Tapi belas kasihanmu pada tubuhmu smakin hilang.
Maka…
jangan heran jika diAkhirat dipadang Mahsyar nanti tubuhmu lantang
menghinakanmu tanpa belas kasih juga karena kamu pernah bertindak
kejam padanya didunia
Fakta kepalsuan pacaran?
Simak dan coba pahami betul-betul, terimakasih atas waktunya!
1. Sifat Asli Takkan Ditemui
Boleh jadi kamu beralasan pacaran untuk mengenal sifat atau karakter pasangan itu sendiri. Tahukah kamu? Sifat asli akan muncul saat seseorang dalam keadaan panik, kesal, marah, dalam sedang menghadapi masalah, dan dalam keadaan pikiran kacau. Jika dalam kondisi apapun itu meski buruk suasana hati tentu tidak akan melampiaskan kemarahan atau kekesalan kepada kita tanpa alasan yang jelas. Sedang kebanyakan orang saat suasana hati buruk pacarlah yang jadi sasarannya dianggap orang yang mengerti sekalipun bersikap atau memperlakukan buruk terhadapnya, picik sekali memang alasan ini. Janganlah tertipu saat seseorang dalam kondisi suasana hati baik bisa memperlakukan kita dengan baik saat kondisi suasana hatinya buruk juga. Sebab, antara suasana hati baik dan buruk dipengaruhi oleh sifat bawaan yang terbentuk menjadi nilai sikap hidup dalam memandang dan menghadapi masalah yang ditemui. Dalam kondisi suasana hati baik seseorang bisa melakukan manupulasi diri alias bersikap pura-pura dalam menyenangkan hati pacarnya, sedang dalam kondisi suasana hati buruk sulitlah untuk bersikap pura-pura sebab keadaan dirinya sedang bermasalah sehingga harus menghadapi tekanan, menenangkan pikiran yang mengganggu, dalam menentukan sikap hidup yang jadi acuannya. Padahal konflik-konflik itu selalu ada dalam menjalani hubungan, sekalipun sudah menikah malah bisa jadi godaan dan tantangan dalam mempertahankan hubungan lebih besar yang akan dihadapi sebab ada Masa Rawan 1, Masa Rawan 2, dan Masa Rawan 3 yang harus dilewati.
Sebagai gambaran jelasnya seperti yang diungkap oleh Rohmadi Rusdi dalam bukunya berjudul Manipulasi Hidup: Tragedi Harta, Tahta, dan Wanita (1995:70-72):
Masa Rawan 1
Terjadi pada tahun pertama perkawinan. Pada masa ini masing-masing pihak masih dalam proses penyesuaian diri. Dua pribadi yang berangkat dari latar belakang berbeda bertemu untuk menegakkan sebuah harapan yang lebih kerap berupa impian dan khayalan. Betapa dahulu sebelum memasuki gerbang perkawinan, harapan-harapan senantiasa melambung, memadu kasih sepanjang waktu untuk mewujudkan keluarga bahagia sejahtera bersama kekasih yang selama ini dipuja siang dan malam. Kekasih yang mempunyai kebaikan semata tanpa terlihat memiliki kejelekan.
Akan tetapi, setelah saling memiliki, setelah bulan madu usai, pesona yang dahulu terpancar, lambat laun kian meredup atau bahkan pudar sama sekali. Kekasih yang dulu tampak tidak mempunyai cacat secuil pun sedikit demi sedikit tersibak dan kemudian terlihatlah wajah aslinya. Lantas, menghadapi kenyataan yang dianggapnya tak seindah tujuan semula, kalau terus menerus terbuai pada angan-angan, maka timbullah penyesalan. Merasa dirinya salah pilih, merasa ditipu dan dijebak. Jika masing-masing pelaku tidak dapat mengendalikan emosinya, kiranya dapat ditebak apa yang akan menimpa rumah tangga mereka.
Masa Rawan 2
Terjadi pada tahun ketujuh perkawinan. La Rose menamakannya sebagai the seven year itch, atau kegelisahan pada tahun ketujuh. Pada masa ini suami-isteri tiba-tiba merindukan sesuatu yang lain dan baru. Keduanya menginginkan garah baru. Masa rawan 2kedua ini akan sangat berpengaruh pada pasangan-pasangan yang hidupnya monoton, rutin tanpa variasi yang berarti. Gairah cinta mereka seolah-olah padam dan merasa pasangannya tidak mencintainya lagi. Hubungan suami isteri jadi hambar dan membosankan. Jika mereka tidak tahan terhadap krisis ini, rumah tangga akan berakhir sampai disitu. Terlebih kalau ada orang ketiga (the other woman/man) yang masuk dalam kemelut ini, dapat dipastikan suasana menjadi kian seru. Untuk menghindari hal itu, masing-masing pihak perlu menciptakan stimulan-stimulan baru, warna baru, tanpa harus keluar rel yang benar.
Masa Rawan 3
Terjadi pada tahun kelima belas sampai kedua puluh tahun perkawinan. Kerawanan dalam amasa ini hampir sama dengan masa rawan 2, yakni kejenuhan. Kedua pasangan merasa sudah saling mengenal luar dan dalam dengan baik sehingga tak ada misteri yang pelu diungkap. Dan karena itu pula sudah merasa tidak tertantang untuk bertualang mencari sesuatu yang terpendam dalam pribadi pasangannya. Semuanya seakan sudah terbuka dan terlihat, membosankan dan tidak menantang. Akibatnya, bisa seperti yang diatas apabila tidak dicermati secara dini.
Akhirnya, bagaimanapun kita harus menyadari fitrah kita sebagai manusia yang tidak lepas dari salah dan kekurangan. Juga pada fitrah kita yang diberi kewajiban untuk melestarikan keturunannya, sebuah kewajiban yang tidak sekedar dijalankan dengan sekehendak hati, tetapi harus memakai cara-cara yang sudah ditentukan oleh agama.
Sudah jelaslah, kematangan diri dalam menjalani hubungan itu sangatlah penting sebagai pondasi. Pacaran hanyalah ajang coba-coba dan tidak ada keseriusan kebanyakan dilapangan sebagai status, seakan-akan permainan setan. Paling yang dicari dalam pacaran, hanya mengeksplor hal-hal yang berhubungan dengan kemesraan yang seringkali tidak disadari atau malah masa bodoh terhadap resiko yang ditimbulkannya. Sama saja memberi peluang terhadap setan untuk mempermudah tugasnya mengelincir orang yang mencintai dunia (tahta, harta, dan wanita) dibanding mencintai Penciptanya. Semakin lupa pada tujuan hidupnya dialihkan oleh angan-angan yang semu.
2. Janji Tak bisa Dipegang
Yup, janji tak bisa dipegang artinya tak dapat dipercaya sebab ada unsur-unsur bersikap tidak jujur apa itu terhadap dirinya sendiri ataukah terhadap pacarnya. Kalau kita amati orang yang berpacaran seakan-akan bahagia terus sebab yang dilihat itu saat-saat senang dalam kebersamaan dilihat secara objektif. Tahukah kamu? Saat sedang mereka bersama tanpa sepengetahuan kita bakalan ditemui godaan yaitu perselisihan pendapat, godaan pertahanan kesetiaan, penyesuaian diri dalam menyatukan pikiran hati untuk berjalan bersama, datangnya pihak orang ketiga. Nah, jadi bukan hanya jalan bersama-sama jika berpergian kemana-mana lebih jauh kita harus tau mampukah berjalan bersama tersebut dijalankan saat ditimpa masalah dalam hubungannya? Malah itulah yang harus kita amati, sebab jika seseorang dalam keadaan terhimpit akan menampilkan sifat aslinya sayang atau pura-pura sayang, apa janjinya ditepati atau diingkari. Keadaan yang berubah jika jiwanya labil niscaya mengikuti perubahan tersebut tanpa alasan yang jelas. Secepat kilat, goyah terhembus angin, istilahnya tak punya pendirian tetap meragukan kemampuan diri sendiri dan meragukan rasa sayang kekasihnya.
Hakikatnya, jiwa yang masih labil antara pikiran dan perasaan masih cenderung berubah-ubah belum menentu, sebab dominan meragukan belum ada pegangan untuk mempertanggungjawabkan. Jadi, bagaimana mungkin bisa dipegang setiap apa yang dijanjikan sedang dirinya sendiri belum bisa memastikan bisakah mewujudkannya, padahal setiap manusia hanya bisa merencanakan tak diberi kemampuan untuk menentukan terjadi sesuatu hal dalam hidupnya, segala sesuatu diatur oleh kehendak Ilahi Robbi. Tentu kita harus berwaspada, jangan tertipu daya oleh rayuan, manis kata, sebab hal itu bagian dari strategi setan untuk menjerumuskan ke kenikmatan sesaat. “Kasih tak akan tinggalkan, tapi nyatanya meninggalkan tanpa kabar.
3. Pacaran itu bukan Ikatan tapi Status
Banyak orang yang mungkir dari kenyataan ini, tapi dengan artikel satu ini semua itu tidak artinya sebab akan diulas sedetail mungkin agar kita kembali pada Islam yang sebenarnya. Pacaran itu bukan Ikatan tapi Status, ya status makanya dikenal dengan istilah “jadian” selain itu tidak ada 2 saksi tidak ijab qobul, sehingga yang tahu hanya mereka berdua bersifat sembunyi-sembunyi jauh dari ridho Allah dan jauh ridho Orangtua (sayangnya orangtua sekarang terlalu mengikuti zaman sehingga melegalkan anaknya pacaran jika ada resiko pada anaknya barulah kesadaran itu ada, nyaris bukan).
Berbeda sekali dengan Menikah itu ikatan sah menurut 2 hukum antaranya: Hukum Negara dan Hukum Islam, sehingga pertanggungjawaban semakin jelas jika disalahsatunya melanggar kewajiban suami atau kewajiban istri pasti akan dikenai oleh hukuman yang tercantum Undang-Undang Perkawinan. Sekarang begini, jika ada seorang cewek yang hamil saat masih pacaran lalu meminta pertanggungjawaban apa itu wajar? Jawabnya: tidak wajar, sebab cewek tersebut melakukannya suka dengan suka tidak ada keterpaksaan, lalu harus bagaimana kalau sekiranya? Cowoknya mau bertanggungjawab sih tidak jadi masalah, tapi sesuai analisa pengamatan penulis banyaknya yang mungkir untuk bertanggungjawab atas perilakunya disarankan menikah dulu barulah berproduksi bayi sebanyak-banyaknya mau bikin klub tim sepakbola boleh (11 0rang), atau mau bikin kampung sendiri dengan sekitar 30 bayi (tapi sangatlah aneh khayalannya hik).
Dari sejak dulu, Islam tidak pernah mengenal istilah Pacaran, malah Islam sendiri memandang Pacaran sebagai azas pemanfaatan atau azas kesenangan sekedar iseng (mengisi waktu kosong) itulah dalihnya. Maka kesimpulannya, Pacaran diharamkan tanpa ada kompromi-kompromi yang biasanya menolak vonis pacaran haram. Jika melakukan pacaran masih dilakukan itu resikonya harus diambil penuh antaranya: dosa melanggar kewajiban menjaga diri, dosa melanggar tidak menahan hawa nafsu birahi, harus bertanggungjawab atas kebodohan yang dilakukan sendiri, harus ikhlas jika dikhianati dilecehkan martabatnya, harus ikhlas dikekang sehingga keterbatasan beraktifitas, harus ikhlas kehilangan arah tujuan, dan masih banyak lagi (yang mengalami adalah kamu sendiri sedang oranglain hanya mengingatkan selebihnya berpikirlah sebelum apa yang tidak dinginkan terjadi).
4. Membuang waktu sia-sia
Banyak waktu yang tersisihkan untuk berdua-duaan padahal banyak tugas di sekolah atau dikantor menjadi korban, seringkali terjadi Sholat Fardhu pun ditinggalkan semata-mata untuk berkencan (alias tidak tau waktu) biasanya sebelum Magrib sudah kelayaban kemana-mana bukan gadis biasa saja gadis berjilbab pun sekarang sama tidak mengerti arti sebenarnya apa itu pacaran. Pacaran tidak semata-mata diharamkan begitu saja oleh Allah dalam Firmannya yang tertulis dalam AlQur’an tapi untuk dipikirkan dan dijalankan jika pacaran itu haram karena “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk”. (QS. Isra (17) : 32) Zina yang ditafsirkan oleh kebanyakan orang itu memiliki arti yang terpenting tidak sampai melakukan hubungan seks (Zina Kemaluan), teryata jika dikaji lebih dalam oleh Tafsir Qur’an hasilnya berbeda menurut Islam, Zina itu bukan hanya Zina Kemaluan, akan tetapi banyak zina-zina lain yang ditebarkan contohnya: Zina Bibir (Mencium yang bukan muhrim yang belum sah), Zina Tangan (Meremas payudara, Memegang tangan padahal itu punya daya efek dalam menyakinkan keraguan, menenangkan, dan timbul hasrat seks), Zina Mata (Melihat payudara, melihat aurat-aurat lainnya, pemandangan yang bukan saatnya sebab hanya diperbolehkan pada suami istri tapi masih dengan ketentuan lain didalam hubungan seks secara Islam tidak bolehnya telanjang, itu artinya banyak hal yang belum diketahui), Zina Kaki (melangkah untuk berkencan padahal sudah jelas berdua-duaan sama halnya memberi peluang pada nafsu berkeliaran), Zina Hati (berangan yang tidak-tidak hal bersifat jorok atau kotor, merendahkan martabat seseorang dengan memebri janji-janji kosong, dan hal lainnya).
Sebagaimana dalam Haditsnya yang berbunyi. “Dari Abu Hurairah dari Nabi Muhammad Saw bahwa beliau bersabda: “telah ditulis atas anak Adam nasibnya (bagiannya) dari zina, maka dia pasti menemuinya zina kedua matanya adalah memandang, zina kakinya adalah melangkah, zina hatinya adalah berharap dan berangan-angan, dibenarkan yang demikian oleh kemaluannya atau didustakan.” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan An Nasa’i). Dalam riwayat lain beliau bersabda, “kedua tangan berzina dan zinanya adalah meraba, kedua kaki berzina dan zinanya adalah melangkah, dan mulut berzina dan zinanya adalah mencium.” (HR. Muslim dan Abu Dawud)
Sudahlah jelas kini, bukan hanya Zina Kemaluan saja yang bisa terjadi melainkan menyebar ke berbagai cabang zina ya disinilah alasan pelarangan pacaran itu sendiri lebih banyak mudharat (Keburukan) dibanding manfaatnya. Bukannya hanya faktor yang mendekati zina saja sudah diharamkan apalagi perbuatannya. Jadi, sudah seharusnya pacaran ditinggalkan apalagi bisa mengganggu konsentrasi belajar, konsentrasi bekerja, asik berdua-duaan hingga cita-cita yang ingin diraih terlupakan karena sibuk memikirkan pacarnya takut selingkuhlah, takut diputusinlah, banyak hal yang ditakutkan. Ya memang akan menimbulkan kegelisahan dan kecurigaan yang tak jelas itu semua ulah setan yang membawa sifat waswas terhadap hati kita dibisikannya pikiran-pikiran yang negatif, “Takutkah kalau di suatu hari nanti pacarmu meninggalkanmu? Takutkah kalau pacarmu ditaksir oleh temanmu sendiri atau orang lain, sehingga rasa waswas itu akan membebani hingga akhirnya terperosok dalam dosa-dosa inilah yang diinginkan oleh setan.”
Pacaran itu dilegalkan oleh Islam Liberal (sebagai gaya hidup modern) dan Iblis sebagai Pencetus Utama (agar Manusia memandang baik hal-hal yang bersifat buruk sebagai tipudaya). Coba perhatikan ayat AlQur’an ini, Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma’siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlisdi antara mereka.” (QS. Al Hijr (15) : 39 – 40). Disini agar banyaknya yang terjerumus makanya Pacaran dilegalkan padahal itu semua tipudaya setan, tidak ada pacaran islami, pacaran sehat sekalipun belum bisa menjaga kehormatan diri malah kebanyakan sakit hati, berangan-angan jorok ditimbulkannya dari situ. Sekarang, hidup tanpa pacar masih digoda dengan pikiran jorok asal ya itu tadi dalam ayat diatas kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlisdi antara mereka yang bisa kita garisbawahi. Pacaran kenapa bisa legalkan? Karena citra menikah itu diperburuk oleh setan dan anggotanya agar berani berbuat maksiat sebagai jalan pintas, jika dibayangkan Menikah harus tanggungjawab kalau pacaran itu hanya sekedar status jika sewaktu-waktu bosan bisa meninggalkannya, jika ceweknya hamil bakal beralasan bukannya itu suka sama suka kenapa harus diadili jadi tanggungjawab cewek itu sendiri, sehingga setan mengajarkan untuk tidak bertanggungjawab atas apa yang diperbuat. Begitu caranya setan menipudaya jika tidak disadari semakin luputlah terhadap kebenaran sejati (kebenaran mutlak dari Allah Swt). Sebagai gambaran, Rasulullah ditanya tentang hal yang paling banyak menjerumuskan manusia ke dalam neraka, beliau bersabda: “Mulut dan Kemaluan.” (HR. Tirmidzi, ia berkata hadits ini shahih gharib)
5. Gelisah disebabkan tidak memiliki seutuhnya Akan timbul kegelisahan, kecurigaan yang berlebihan disebabkan karena tidak terikat oleh Hukum Negara maupun Hukum Agama, sehingga rasa tanggungjawab individu kurang diperhatikan terjadilah banyak pelewengan (untuk menghindar dari rasa tanggungjawab). Selain itu, karena tidak bisa memiliki seutuhnya dalam artian hanya jasadnya sedangkan jiwanya harus masih bebas, karena suami istri sudah memiliki hak dan kewajiban masing-masing yang harus dipenuhi. Sedang dalam pacaran seringkali yang dominan mempengaruhi itu hak saja yang diunggulkan sedang kewajiban sering diabaikan (perlakuan) hanya memperlihatkan sikap menguasai satu sama lain atau menguasai satu pihak. Siapa diantara cewek atau cowok yang menguasai itulah yang harus dituruti kemauan dan keinginannya nyaris inilah yang terjadi. Sudah berpikirkah saat ini, untuk berhenti pacaran? Sebagai tantangan, pada kesanggupan kita sendiri, penulis saja sudah sanggup sendiri hingga waktunya tiba untuk menikah setelahnya pacaran istilahnya pacaran setelah menikah untuk menjaga keharmonisan hubungan. Hakikat pacaran hanya senang-senang, tidak terbebani oleh tanggungjawab, sedang suami istri punya hak kewajiban seperti yang dikatakan tadi diatas memikul tanggungjawab atas perilaku, perlakuan, dan perbuatan sendiri ujung-ujungnya berdampak pada hubungan itu sendiri bertahankah atau putus disitu saja sebagai penentuan kondisi jiwa sikap labil (berubah-ubah) atau stabil (tetap)?
Kesimpulan: Fakta Kepalsuan Pacaran menurut Muhammad Adam Hussein dalam artikel ini, antara lain: 1. Sifat Asli Takkan Ditemui, 2. Janji Tak bisa Dipegang, 3. Pacaran itu bukan Ikatan tapi Status, 4. Membuang waktu sia-sia, 5. Gelisah disebabkan tidak memiliki seutuhnya. Dari sinilah, kita telah mengetahui kebenarannya yang seringkali orang lain menutupinya, karena hal ini kebenaran maka harus diungkap bukannya disembunyikan. Jika berhenti pacaran atau tidaknya, itu kembali pada masing-masing individu yang bertanggungjawab, penulis hanyalah sekedar mengingatkan selebihnya gimana pembaca, sebab tiap orang memiliki jalan hidup yang berbeda antara jalan yang menyimpang dari agama atau jalan yang sesuai dengan agama khususnya Islam.
PRINSIP MUSLIM DAN MUSLIMAH SEJATI MENIKAH DULU BARU PACARAN
sumber:
http://www.adamsains.co.cc/2011/03/fakta-kepalsuan-pacaran.html
1. Sifat Asli Takkan Ditemui
Boleh jadi kamu beralasan pacaran untuk mengenal sifat atau karakter pasangan itu sendiri. Tahukah kamu? Sifat asli akan muncul saat seseorang dalam keadaan panik, kesal, marah, dalam sedang menghadapi masalah, dan dalam keadaan pikiran kacau. Jika dalam kondisi apapun itu meski buruk suasana hati tentu tidak akan melampiaskan kemarahan atau kekesalan kepada kita tanpa alasan yang jelas. Sedang kebanyakan orang saat suasana hati buruk pacarlah yang jadi sasarannya dianggap orang yang mengerti sekalipun bersikap atau memperlakukan buruk terhadapnya, picik sekali memang alasan ini. Janganlah tertipu saat seseorang dalam kondisi suasana hati baik bisa memperlakukan kita dengan baik saat kondisi suasana hatinya buruk juga. Sebab, antara suasana hati baik dan buruk dipengaruhi oleh sifat bawaan yang terbentuk menjadi nilai sikap hidup dalam memandang dan menghadapi masalah yang ditemui. Dalam kondisi suasana hati baik seseorang bisa melakukan manupulasi diri alias bersikap pura-pura dalam menyenangkan hati pacarnya, sedang dalam kondisi suasana hati buruk sulitlah untuk bersikap pura-pura sebab keadaan dirinya sedang bermasalah sehingga harus menghadapi tekanan, menenangkan pikiran yang mengganggu, dalam menentukan sikap hidup yang jadi acuannya. Padahal konflik-konflik itu selalu ada dalam menjalani hubungan, sekalipun sudah menikah malah bisa jadi godaan dan tantangan dalam mempertahankan hubungan lebih besar yang akan dihadapi sebab ada Masa Rawan 1, Masa Rawan 2, dan Masa Rawan 3 yang harus dilewati.
Sebagai gambaran jelasnya seperti yang diungkap oleh Rohmadi Rusdi dalam bukunya berjudul Manipulasi Hidup: Tragedi Harta, Tahta, dan Wanita (1995:70-72):
Masa Rawan 1
Terjadi pada tahun pertama perkawinan. Pada masa ini masing-masing pihak masih dalam proses penyesuaian diri. Dua pribadi yang berangkat dari latar belakang berbeda bertemu untuk menegakkan sebuah harapan yang lebih kerap berupa impian dan khayalan. Betapa dahulu sebelum memasuki gerbang perkawinan, harapan-harapan senantiasa melambung, memadu kasih sepanjang waktu untuk mewujudkan keluarga bahagia sejahtera bersama kekasih yang selama ini dipuja siang dan malam. Kekasih yang mempunyai kebaikan semata tanpa terlihat memiliki kejelekan.
Akan tetapi, setelah saling memiliki, setelah bulan madu usai, pesona yang dahulu terpancar, lambat laun kian meredup atau bahkan pudar sama sekali. Kekasih yang dulu tampak tidak mempunyai cacat secuil pun sedikit demi sedikit tersibak dan kemudian terlihatlah wajah aslinya. Lantas, menghadapi kenyataan yang dianggapnya tak seindah tujuan semula, kalau terus menerus terbuai pada angan-angan, maka timbullah penyesalan. Merasa dirinya salah pilih, merasa ditipu dan dijebak. Jika masing-masing pelaku tidak dapat mengendalikan emosinya, kiranya dapat ditebak apa yang akan menimpa rumah tangga mereka.
Masa Rawan 2
Terjadi pada tahun ketujuh perkawinan. La Rose menamakannya sebagai the seven year itch, atau kegelisahan pada tahun ketujuh. Pada masa ini suami-isteri tiba-tiba merindukan sesuatu yang lain dan baru. Keduanya menginginkan garah baru. Masa rawan 2kedua ini akan sangat berpengaruh pada pasangan-pasangan yang hidupnya monoton, rutin tanpa variasi yang berarti. Gairah cinta mereka seolah-olah padam dan merasa pasangannya tidak mencintainya lagi. Hubungan suami isteri jadi hambar dan membosankan. Jika mereka tidak tahan terhadap krisis ini, rumah tangga akan berakhir sampai disitu. Terlebih kalau ada orang ketiga (the other woman/man) yang masuk dalam kemelut ini, dapat dipastikan suasana menjadi kian seru. Untuk menghindari hal itu, masing-masing pihak perlu menciptakan stimulan-stimulan baru, warna baru, tanpa harus keluar rel yang benar.
Masa Rawan 3
Terjadi pada tahun kelima belas sampai kedua puluh tahun perkawinan. Kerawanan dalam amasa ini hampir sama dengan masa rawan 2, yakni kejenuhan. Kedua pasangan merasa sudah saling mengenal luar dan dalam dengan baik sehingga tak ada misteri yang pelu diungkap. Dan karena itu pula sudah merasa tidak tertantang untuk bertualang mencari sesuatu yang terpendam dalam pribadi pasangannya. Semuanya seakan sudah terbuka dan terlihat, membosankan dan tidak menantang. Akibatnya, bisa seperti yang diatas apabila tidak dicermati secara dini.
Akhirnya, bagaimanapun kita harus menyadari fitrah kita sebagai manusia yang tidak lepas dari salah dan kekurangan. Juga pada fitrah kita yang diberi kewajiban untuk melestarikan keturunannya, sebuah kewajiban yang tidak sekedar dijalankan dengan sekehendak hati, tetapi harus memakai cara-cara yang sudah ditentukan oleh agama.
Sudah jelaslah, kematangan diri dalam menjalani hubungan itu sangatlah penting sebagai pondasi. Pacaran hanyalah ajang coba-coba dan tidak ada keseriusan kebanyakan dilapangan sebagai status, seakan-akan permainan setan. Paling yang dicari dalam pacaran, hanya mengeksplor hal-hal yang berhubungan dengan kemesraan yang seringkali tidak disadari atau malah masa bodoh terhadap resiko yang ditimbulkannya. Sama saja memberi peluang terhadap setan untuk mempermudah tugasnya mengelincir orang yang mencintai dunia (tahta, harta, dan wanita) dibanding mencintai Penciptanya. Semakin lupa pada tujuan hidupnya dialihkan oleh angan-angan yang semu.
2. Janji Tak bisa Dipegang
Yup, janji tak bisa dipegang artinya tak dapat dipercaya sebab ada unsur-unsur bersikap tidak jujur apa itu terhadap dirinya sendiri ataukah terhadap pacarnya. Kalau kita amati orang yang berpacaran seakan-akan bahagia terus sebab yang dilihat itu saat-saat senang dalam kebersamaan dilihat secara objektif. Tahukah kamu? Saat sedang mereka bersama tanpa sepengetahuan kita bakalan ditemui godaan yaitu perselisihan pendapat, godaan pertahanan kesetiaan, penyesuaian diri dalam menyatukan pikiran hati untuk berjalan bersama, datangnya pihak orang ketiga. Nah, jadi bukan hanya jalan bersama-sama jika berpergian kemana-mana lebih jauh kita harus tau mampukah berjalan bersama tersebut dijalankan saat ditimpa masalah dalam hubungannya? Malah itulah yang harus kita amati, sebab jika seseorang dalam keadaan terhimpit akan menampilkan sifat aslinya sayang atau pura-pura sayang, apa janjinya ditepati atau diingkari. Keadaan yang berubah jika jiwanya labil niscaya mengikuti perubahan tersebut tanpa alasan yang jelas. Secepat kilat, goyah terhembus angin, istilahnya tak punya pendirian tetap meragukan kemampuan diri sendiri dan meragukan rasa sayang kekasihnya.
Hakikatnya, jiwa yang masih labil antara pikiran dan perasaan masih cenderung berubah-ubah belum menentu, sebab dominan meragukan belum ada pegangan untuk mempertanggungjawabkan. Jadi, bagaimana mungkin bisa dipegang setiap apa yang dijanjikan sedang dirinya sendiri belum bisa memastikan bisakah mewujudkannya, padahal setiap manusia hanya bisa merencanakan tak diberi kemampuan untuk menentukan terjadi sesuatu hal dalam hidupnya, segala sesuatu diatur oleh kehendak Ilahi Robbi. Tentu kita harus berwaspada, jangan tertipu daya oleh rayuan, manis kata, sebab hal itu bagian dari strategi setan untuk menjerumuskan ke kenikmatan sesaat. “Kasih tak akan tinggalkan, tapi nyatanya meninggalkan tanpa kabar.
3. Pacaran itu bukan Ikatan tapi Status
Banyak orang yang mungkir dari kenyataan ini, tapi dengan artikel satu ini semua itu tidak artinya sebab akan diulas sedetail mungkin agar kita kembali pada Islam yang sebenarnya. Pacaran itu bukan Ikatan tapi Status, ya status makanya dikenal dengan istilah “jadian” selain itu tidak ada 2 saksi tidak ijab qobul, sehingga yang tahu hanya mereka berdua bersifat sembunyi-sembunyi jauh dari ridho Allah dan jauh ridho Orangtua (sayangnya orangtua sekarang terlalu mengikuti zaman sehingga melegalkan anaknya pacaran jika ada resiko pada anaknya barulah kesadaran itu ada, nyaris bukan).
Berbeda sekali dengan Menikah itu ikatan sah menurut 2 hukum antaranya: Hukum Negara dan Hukum Islam, sehingga pertanggungjawaban semakin jelas jika disalahsatunya melanggar kewajiban suami atau kewajiban istri pasti akan dikenai oleh hukuman yang tercantum Undang-Undang Perkawinan. Sekarang begini, jika ada seorang cewek yang hamil saat masih pacaran lalu meminta pertanggungjawaban apa itu wajar? Jawabnya: tidak wajar, sebab cewek tersebut melakukannya suka dengan suka tidak ada keterpaksaan, lalu harus bagaimana kalau sekiranya? Cowoknya mau bertanggungjawab sih tidak jadi masalah, tapi sesuai analisa pengamatan penulis banyaknya yang mungkir untuk bertanggungjawab atas perilakunya disarankan menikah dulu barulah berproduksi bayi sebanyak-banyaknya mau bikin klub tim sepakbola boleh (11 0rang), atau mau bikin kampung sendiri dengan sekitar 30 bayi (tapi sangatlah aneh khayalannya hik).
Dari sejak dulu, Islam tidak pernah mengenal istilah Pacaran, malah Islam sendiri memandang Pacaran sebagai azas pemanfaatan atau azas kesenangan sekedar iseng (mengisi waktu kosong) itulah dalihnya. Maka kesimpulannya, Pacaran diharamkan tanpa ada kompromi-kompromi yang biasanya menolak vonis pacaran haram. Jika melakukan pacaran masih dilakukan itu resikonya harus diambil penuh antaranya: dosa melanggar kewajiban menjaga diri, dosa melanggar tidak menahan hawa nafsu birahi, harus bertanggungjawab atas kebodohan yang dilakukan sendiri, harus ikhlas jika dikhianati dilecehkan martabatnya, harus ikhlas dikekang sehingga keterbatasan beraktifitas, harus ikhlas kehilangan arah tujuan, dan masih banyak lagi (yang mengalami adalah kamu sendiri sedang oranglain hanya mengingatkan selebihnya berpikirlah sebelum apa yang tidak dinginkan terjadi).
4. Membuang waktu sia-sia
Banyak waktu yang tersisihkan untuk berdua-duaan padahal banyak tugas di sekolah atau dikantor menjadi korban, seringkali terjadi Sholat Fardhu pun ditinggalkan semata-mata untuk berkencan (alias tidak tau waktu) biasanya sebelum Magrib sudah kelayaban kemana-mana bukan gadis biasa saja gadis berjilbab pun sekarang sama tidak mengerti arti sebenarnya apa itu pacaran. Pacaran tidak semata-mata diharamkan begitu saja oleh Allah dalam Firmannya yang tertulis dalam AlQur’an tapi untuk dipikirkan dan dijalankan jika pacaran itu haram karena “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk”. (QS. Isra (17) : 32) Zina yang ditafsirkan oleh kebanyakan orang itu memiliki arti yang terpenting tidak sampai melakukan hubungan seks (Zina Kemaluan), teryata jika dikaji lebih dalam oleh Tafsir Qur’an hasilnya berbeda menurut Islam, Zina itu bukan hanya Zina Kemaluan, akan tetapi banyak zina-zina lain yang ditebarkan contohnya: Zina Bibir (Mencium yang bukan muhrim yang belum sah), Zina Tangan (Meremas payudara, Memegang tangan padahal itu punya daya efek dalam menyakinkan keraguan, menenangkan, dan timbul hasrat seks), Zina Mata (Melihat payudara, melihat aurat-aurat lainnya, pemandangan yang bukan saatnya sebab hanya diperbolehkan pada suami istri tapi masih dengan ketentuan lain didalam hubungan seks secara Islam tidak bolehnya telanjang, itu artinya banyak hal yang belum diketahui), Zina Kaki (melangkah untuk berkencan padahal sudah jelas berdua-duaan sama halnya memberi peluang pada nafsu berkeliaran), Zina Hati (berangan yang tidak-tidak hal bersifat jorok atau kotor, merendahkan martabat seseorang dengan memebri janji-janji kosong, dan hal lainnya).
Sebagaimana dalam Haditsnya yang berbunyi. “Dari Abu Hurairah dari Nabi Muhammad Saw bahwa beliau bersabda: “telah ditulis atas anak Adam nasibnya (bagiannya) dari zina, maka dia pasti menemuinya zina kedua matanya adalah memandang, zina kakinya adalah melangkah, zina hatinya adalah berharap dan berangan-angan, dibenarkan yang demikian oleh kemaluannya atau didustakan.” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan An Nasa’i). Dalam riwayat lain beliau bersabda, “kedua tangan berzina dan zinanya adalah meraba, kedua kaki berzina dan zinanya adalah melangkah, dan mulut berzina dan zinanya adalah mencium.” (HR. Muslim dan Abu Dawud)
Sudahlah jelas kini, bukan hanya Zina Kemaluan saja yang bisa terjadi melainkan menyebar ke berbagai cabang zina ya disinilah alasan pelarangan pacaran itu sendiri lebih banyak mudharat (Keburukan) dibanding manfaatnya. Bukannya hanya faktor yang mendekati zina saja sudah diharamkan apalagi perbuatannya. Jadi, sudah seharusnya pacaran ditinggalkan apalagi bisa mengganggu konsentrasi belajar, konsentrasi bekerja, asik berdua-duaan hingga cita-cita yang ingin diraih terlupakan karena sibuk memikirkan pacarnya takut selingkuhlah, takut diputusinlah, banyak hal yang ditakutkan. Ya memang akan menimbulkan kegelisahan dan kecurigaan yang tak jelas itu semua ulah setan yang membawa sifat waswas terhadap hati kita dibisikannya pikiran-pikiran yang negatif, “Takutkah kalau di suatu hari nanti pacarmu meninggalkanmu? Takutkah kalau pacarmu ditaksir oleh temanmu sendiri atau orang lain, sehingga rasa waswas itu akan membebani hingga akhirnya terperosok dalam dosa-dosa inilah yang diinginkan oleh setan.”
Pacaran itu dilegalkan oleh Islam Liberal (sebagai gaya hidup modern) dan Iblis sebagai Pencetus Utama (agar Manusia memandang baik hal-hal yang bersifat buruk sebagai tipudaya). Coba perhatikan ayat AlQur’an ini, Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma’siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlisdi antara mereka.” (QS. Al Hijr (15) : 39 – 40). Disini agar banyaknya yang terjerumus makanya Pacaran dilegalkan padahal itu semua tipudaya setan, tidak ada pacaran islami, pacaran sehat sekalipun belum bisa menjaga kehormatan diri malah kebanyakan sakit hati, berangan-angan jorok ditimbulkannya dari situ. Sekarang, hidup tanpa pacar masih digoda dengan pikiran jorok asal ya itu tadi dalam ayat diatas kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlisdi antara mereka yang bisa kita garisbawahi. Pacaran kenapa bisa legalkan? Karena citra menikah itu diperburuk oleh setan dan anggotanya agar berani berbuat maksiat sebagai jalan pintas, jika dibayangkan Menikah harus tanggungjawab kalau pacaran itu hanya sekedar status jika sewaktu-waktu bosan bisa meninggalkannya, jika ceweknya hamil bakal beralasan bukannya itu suka sama suka kenapa harus diadili jadi tanggungjawab cewek itu sendiri, sehingga setan mengajarkan untuk tidak bertanggungjawab atas apa yang diperbuat. Begitu caranya setan menipudaya jika tidak disadari semakin luputlah terhadap kebenaran sejati (kebenaran mutlak dari Allah Swt). Sebagai gambaran, Rasulullah ditanya tentang hal yang paling banyak menjerumuskan manusia ke dalam neraka, beliau bersabda: “Mulut dan Kemaluan.” (HR. Tirmidzi, ia berkata hadits ini shahih gharib)
5. Gelisah disebabkan tidak memiliki seutuhnya Akan timbul kegelisahan, kecurigaan yang berlebihan disebabkan karena tidak terikat oleh Hukum Negara maupun Hukum Agama, sehingga rasa tanggungjawab individu kurang diperhatikan terjadilah banyak pelewengan (untuk menghindar dari rasa tanggungjawab). Selain itu, karena tidak bisa memiliki seutuhnya dalam artian hanya jasadnya sedangkan jiwanya harus masih bebas, karena suami istri sudah memiliki hak dan kewajiban masing-masing yang harus dipenuhi. Sedang dalam pacaran seringkali yang dominan mempengaruhi itu hak saja yang diunggulkan sedang kewajiban sering diabaikan (perlakuan) hanya memperlihatkan sikap menguasai satu sama lain atau menguasai satu pihak. Siapa diantara cewek atau cowok yang menguasai itulah yang harus dituruti kemauan dan keinginannya nyaris inilah yang terjadi. Sudah berpikirkah saat ini, untuk berhenti pacaran? Sebagai tantangan, pada kesanggupan kita sendiri, penulis saja sudah sanggup sendiri hingga waktunya tiba untuk menikah setelahnya pacaran istilahnya pacaran setelah menikah untuk menjaga keharmonisan hubungan. Hakikat pacaran hanya senang-senang, tidak terbebani oleh tanggungjawab, sedang suami istri punya hak kewajiban seperti yang dikatakan tadi diatas memikul tanggungjawab atas perilaku, perlakuan, dan perbuatan sendiri ujung-ujungnya berdampak pada hubungan itu sendiri bertahankah atau putus disitu saja sebagai penentuan kondisi jiwa sikap labil (berubah-ubah) atau stabil (tetap)?
Kesimpulan: Fakta Kepalsuan Pacaran menurut Muhammad Adam Hussein dalam artikel ini, antara lain: 1. Sifat Asli Takkan Ditemui, 2. Janji Tak bisa Dipegang, 3. Pacaran itu bukan Ikatan tapi Status, 4. Membuang waktu sia-sia, 5. Gelisah disebabkan tidak memiliki seutuhnya. Dari sinilah, kita telah mengetahui kebenarannya yang seringkali orang lain menutupinya, karena hal ini kebenaran maka harus diungkap bukannya disembunyikan. Jika berhenti pacaran atau tidaknya, itu kembali pada masing-masing individu yang bertanggungjawab, penulis hanyalah sekedar mengingatkan selebihnya gimana pembaca, sebab tiap orang memiliki jalan hidup yang berbeda antara jalan yang menyimpang dari agama atau jalan yang sesuai dengan agama khususnya Islam.
PRINSIP MUSLIM DAN MUSLIMAH SEJATI MENIKAH DULU BARU PACARAN
sumber:
http://www.adamsains.co.cc/2011/03/fakta-kepalsuan-pacaran.html
Kala Cinta Menyapa...
Kala CINTA datang menyapa namun kita belum mampu MENGHALALKANYA, kembalikan rasa itu pada Yang Menganugrahkannya.
Bisa jadi itu UJIAN dari-Nya tuk menguji seberapa kuat & besar rasa cinta & keimanan kita pd-Nya.
Akankah CINTA manusia mampu menomor-2-kan Dia?
Dan melanggar apa-apa yg di haramkan-Nya?
Sedangkan belum sempurna IMAN kita andai kita belum mencintai Allah di atas segalanya.
sumber : gadis berjilbabb
Bisa jadi itu UJIAN dari-Nya tuk menguji seberapa kuat & besar rasa cinta & keimanan kita pd-Nya.
Akankah CINTA manusia mampu menomor-2-kan Dia?
Dan melanggar apa-apa yg di haramkan-Nya?
Sedangkan belum sempurna IMAN kita andai kita belum mencintai Allah di atas segalanya.
sumber : gadis berjilbabb
JFORT 2011 (Japan Fest of Fourteen)
Acara lapangan
- 07.00-08.30 Registrasi lomba dan daftar ulang
- 08.00-08.30 Pembukaan dan Yosakoi
- 08.30-09.30 -
- 09.30-11.00 Cosplay
- 11.00-12.00 -
- 12.00-12.30 ISHOMA
- 12.30-12.45 Aikido
- 12.45-14.00 -
- 14.00-14.20 Guest star
- 14.20-14.30 Yosakoi
- 14.30-15.00 Taiko & Bon Odori
- 08.30-09.30 Workshop (by U-maku Eisa Shinka) , Speech contest
- 09.30-10.30 Origami
- 10.30-11.00 Biomi 1, Origami
- 11.00-12.00 Biomi 1
- 12.00-12.30 ISHOMA
- 12.30-14.00 Gasepo, Biomi 2, Karaoke
- 14.00-14.30 Gasepo
selain itu nanti juga akan ada [all day] ruang budaya, ruang komik, games, bazzar, obake (haunted house) .
eitts.. walaupun jam 3 J-FORT udah selesai, tapi jangan keburu pulang dulu, karena setelah itu masih ada penutupan SCOOTER 14 yg akan dimeriahkan oleh TTATW (the trees and the wild), soul of mognolia , etc. jadi usahain ampe akhir ya^^
ttg HTM , dari pagi sampai jam 12 HTM 10ribu dgn free 2 wahana di J-FORT sedangkan untuk diatas jam 12 siang harga tiket naik jadi 15ribu karena udah masuk tiket penutupan SCOOTER.
jadi usahain dateng pagi2 ya^^
sankyuu minna. sampai jumpa tanggal 8 mei nanti^^
more info : http://jfort2011.blogspot.com/
Langganan:
Postingan (Atom)